BAB
I
PENDAHULUAN
Pembangunan
dalam arti luas adalah sebagai proses pertumbuhan atau kemakmuran, distribusi
atau keadilan, transformasi atau kemajuan. Pembangunan sangat berkaitan dengan
masalah ekonomi. Sejarah doktrin ekonomi menunjukan pada saat dilahirkan
ekonomika berhubungan erat dengan etika (Ace Partadiredja,1981).
Di satu pihak Ilmu ekonomi di anggap paling maju dalam menawarkan Pembangunan
bagi semua kalangan (masyarakat maupun negara).
Reformasi
ekonomi menghasilakan bagunan ekonomi yang di landasakan pada kekuatan ekonomi
rakyat dan negara. Dengan kata lain dalam membangun sebuah ekonomi yang di
perankan oleh masyarakat, kebijakan-kebijakan pemerintah juga mempengaruhi
pembangunan ekonomi tersebut. Faktor politik dan ekonomi berhubungan erat,
namun dalam kenyataannya mudah mengatakan tapi sukar menerapkan. Hubungan
Politik dengan ekonomi menurut Bruno Frey, politik dalam
bentuk keinginan mendapat suara terbanyak dalam pemilihan umum, dan
ekonomi dalam bentuk usaha memperkecil tingkat pengangguran dan tingkat inflasi
di masyarakat.
Pemilu
yang demokratis dan terciptanya proses check and balances, yakni
terselenggaranya kehidupan kenegaraan dimana dapat dilaksanakan sebuah
pemerintahan yang bersih dan efisien yang diimbangi oleh control yang efektif
dari lembaga legislatif, eksekutif dan yudikatif dan dalam mewujudkan itu
peran masyarakat juga sangat di perlukan, yaitu dengan memilih wakil-wakilnya
dengan mempertimbangkan kesejateraan bersama.
Revolusioner
sangat di perlukan dalam proses pembangunan yang sejalan dengan ekonomi dan
politik yang demokratis, modern dan menempatkan hukum sebagai rujukan
utama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang menjamin keadilan bagi semua
orang. Jika proses reformasi ini tidak terkelolah dengan baik, akan cenderung
mendorong situasi yang khaos dan kondisi revolusioner yang pada gilirinya dapat
menciptakan disintegrasi bangsa. Dengan Pemilu yang demokrtasis yaitu adanya
keadilan hukum dan diiringi dengan pembangunan yang merata di masyarakat tentu
akan membentuk sebuah negara yang ideal.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Negara, Masyarakat Dan
Pembangunan
1. Pengertian Negara
Menurut Aristoteles negara
adalah persekutuan dari keluarga dan desa guna memperoleh hidup yang
sebaik-baiknya. Plato mendefinisikan negara adalah suatu
tubuh yang senantiasa tampak maju, berkembang, sebagaimana layaknya orang-orang
(manusia).(Inu Kencana Syafiie, 2010:75).
Sebagaimana
manusia negara juga bisa lahir, tumbuh berkembang dan mati, ada yang di
sebabkan oleh penyakit menahun seperti kemiskinan, penjajahan, namun ada pula
yang mati seketika karena peperangan atau pemberontakan provinsi-provinsi
separatis yang kemudian memisahkan diri menjadi negara yang berdiri
sendiri, sehingga wilayah pusatnya kehilangan wilayah karena keseluruhnya terbagi
habis dan tidak lagi mengakui sebagai sub ordinat dari negara pusat. (Inu
Kencana Syafiie, 2010:74)
Negara
terbentuk atas dasar keingin manusia bisa berdasarkan telaah atas peristiwa
sejarah suatu bangsa. Karena dalam diri manusia memiliki rasa kebangsaan yaitu
salah satu dari bentuk rasa cinta, bahkan pusat gabungan dari rasa cinta
karena merupakan kumpulan yang besar sehingga melahirkan jiwa kebersamaan.
2. Pengertian Masyarakat
Dalam
sebuah negara tentu memiliki masyarakat. Pengertian masyarakat adalah
sekelompok individu yang memiliki kepentingan bersama dan memiliki budaya serta
lembaga yang khas. Masyarakat juga bisa dipahami sebagai sekelompok orang yang
terorganisasi karena memiliki tujuan bersama. Richard T. Schaefer dan Robert
P. Lamm,(1998) mendefinisikan masyarakat adalah sejumlah besar orang
yang tinggal dalam wilayah yang sama, relatif independen dan orang orang di
luar wilayah itu, dan memiliki budaya yang relatif sama.
Dalam
kebangsaan kita mengenal adanya ras, bahasa, agama, batas wilayah, budaya dan
lain-lain. Maka di perlukan nilai dan pandangan hidup yang sama yaitu dengan
memunculkan suatu ideology untuk mempersatukan pemeluknya. contohnya
negara Indonesia.
3. Pengertian Pembangunan
Mengenai
pengertian pembangunan para ahli memberikan definisi yang bermacam-macam
seperti halnya perencanaan. Istilah pembangunan bisa saja di artikan berbeda
oleh satu orang dengan orang lain, daerah satu dengan daerah lainnya, dan
negara satu dengan negaralainnya. Namun, secarar umum ada satu kesepakatan
bahwa pembangunan merupakan proses untuk melakukan perubahan.
Berikut
pengertian pembangunan menurut parah ahli:
Ø Pembangunan dapat di
artikan sebagai suatu upaya terkoordinasi untuk menciptakan alternatif yang
lebih banyak secara sah kepada setiap warga negara untuk memenuhi dan mencapai
aspirasinya yang paling manusiawi (Nugroho dan Rochmin Dahuri, 2004).
Ø Ginanjar
Kartasasmita (1994), Pembangunan ialah suatu proses perubahan ke arah yang
lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana.
Ø Siagian (1994), pembangunan adalah suatu
usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan
dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pememrintahan, menuju
modernitas dalam rangka pembinanaan bangsa.
Ø Alexander (1994), pembangunan
(development) adalah proses perubahan yang mencangkup seluruh system sosial
seperti politik, ekonomi, infastruktur, pertahanan, pendidikan, teknologi,
kelembagaan dan budaya.
Ø Portes (1976),
mendefinisikan pembangunan sebagai transformasi ekonomi, sosial dan budaya.
Ø Deddy T. Tikson (2005) bahwa
pembangunan nasional dapat pula di artikan sebagai transformasi ekonomi, sosial
dan budaya secara sengaja melalui kebijakan dan strategi menuju arah yang
diinginkan.
B. Teori Pembangunan
1. Teori Pembangunan
Mainstream (Modernisasi)
Teori
mainstream adalah teori modernisasi dan teori pembangunan pertumbuhan
model W.W Rostow (1960;1978) dan para pengikutnya. Teori
mainstream atau teori modernisasi adalah teori-teori yang menjelaskan bahwa
kemiskinan ini terutama disebabkan oleh faktor-faktor yang terdapat di dalam
negera yang bersangkutan. Teori modernisasi secara umum dapat diungkap sebagai
cara pandang (visi) yang menjadi modus utama analisisnya kepada faktor manusia
dalam suatu masyarakat. Teori ini terkenal olehTeori modernisasi berlatar
belakang penetrasi kebudayaan asing yang padat modal dan teknologi untuk
dijadikan acuan bagi kemajuan masyarakat di Negara berkembang. (Robert
Jakson dan Georg Sorensen, 2009 : 257-258)
Teori
modernisasi melihat tradisi masyarakat sebagai faktor penghambat yang harus
dieleminir oleh pola pikir rasional. Kematangan masyarakat menuju masyarakat
industri, memiliki bentuk transisi yang cukup panjang dan lama dalam bentuk
orientasi sekarang (present oriented). Arief budiman pernah
menyatakan bahwa teori modernisasi berkembang di banyak Negara berkembang
dengan tidak mempertimbangkan akar budaya lokal sebagai potensi pembangunan,
oleh karena itu bersifat a-historis. (Robert Jakson dan Georg Sorensen,
2009 : 257-258)
Teori
modernisasi merupakan teori pembangunan yang intinya adalah usaha pembangunan
institusional (perekayasaan struktur sosial melalui pembentukan
institusi-institusi baru) dan pembangunan mentalitas manusia (perekayasaan
kultural).
2. Teori Dependensi
Secara
historis, teori dependensi lahir atas ketidak mampuan teori modernisasi
membangkitkan ekonomi Negara terbelakang, terutama negara di bagian
Amerika Latin.Paradigma Dipendensi dapat dikatakan asli Amerika Latin, namun
“bapak pendiri” perpektif ini adalah Baran, yang bersama Magdoff dan Sweezy merupakan
juru bicara kelompok North American Monthly Review. Secara
teoriti, teori modernisasi melihat bahwa kemiskinan dan keterbelakangan yang
terjadi di Negara Dunia Ketiga terjadi karena faktor internal di negara
tersebut. Karena faktor internal itulah kemudian Negara Dunia Ketiga
tidak mampu mencapai kemajuan dan tetap berada dalam keterbelakangan. (Robert
Jakson dan Georg Sorensen, 2009 : 259)
Teori
ini berpendapat bahwa kemiskinan dan keterbelakangan yang terjadi di
Negara-negara Dunia Ketiga bukan disebabkan oleh faktor internal di Negara
tersebut namun lebih banyak ditentukan oleh faktro eksternal dari luar
Negara Dunia Ketiga itu. Faktor luar yang paling menentukan
keterbelakangan Dunia ketiga adalah adanya campur tangan dan
dominasi Negara Maju pada laju
pembangunan Negara Dunia Ketiga. Dengan campur tangan tersebut
maka pembangunan di Nedara Dunia Ketiga tidak berjalan dan berguna untuk
menghilangkan keterbelakangan yang sedang terjadi, namun semakin membawa
kesengsaraan dan keterbelakangan. Keterbelakangan jilid dua di Negara Dunia
Ketiga ini disebabkan oleh ketergantungan yang diciptakan oleh campur tangan
Negara maju kepada Negara Dunia Ketiga. Jika pembangunan ini berhasil, maka
ketergantungan ini harus diputus dan dibiarkan Negara Dunia Ketiga melakukan
roda pembangunannya secara mandiri. (Robert Jakson dan Georg Sorensen,
2009 : 260)
Secara
garis besar, teori dependensi adalah suatu keadaan dimana keputusan-keputusan
utama yang memengaruhi kemajuan ekonomi di Negara berkembang seperti keputusan
mengenai harga komoditi, pola investasi, hubungan moneter, dibuat oleh individu
atau institusi di luar negeri yang bersangkutan. (Zulkarimen Nasution,
2007: 44)Teori-teori yang mengenai ketergantungan dan keterbelakangan telah
digambarkan dalam studi-studi yang dilakukan Celso Furtado, Andre
Gunder Frank, Theotonio Dos Santos,dan Fernando
Henrique Cardoso. Pada umumnya mereka itu membahas secara serius masalah
colonial yang secara historis membekas pada pertumbuhan di Negara-negara
Amerika Latin, Afrika dan Asia. Menurut mereka, kecuali dengan suatu pengenalan
yang eksplisit akan konsekuensi hubungan tersebut. Dengan kata lain bahwa
keterbelakangan yang ada sekarang ini merupakan kosekuensi masa penjajahan yang
telah dialami oleh Negara-negara baru. (Robert Jakson dan Georg
Sorensen, 2009 : 262)
C. Pembangunan Negara
Maju Dan Negara Yang Sedang Berkembang
Struktur
ekonomi dan masyarakat di Negara Maju dan di Negara yang
sedang Berkembang sangat berbeda. Perbedaan tersebut menyebabkan masalah
pembangunan daerah yang ada di Negara Maju dan
di Negara yang sedang Berkembang dan kemampuan
masing-masing golongan negara tersebut dalam menghadapi masalah pembangunan
daerah yang terdapat di negaranya sangatlah berbeda. Keadaan yang demikian
menyebabkan pula perbedaan dalam corak prioritas dari tujuan maupun
kebijaksanaan pembangunan daerah di kedua golongan negara tersebut. (Sadono
Sukirno, 1982: 27)
1. Proses pembangunan ekonomi
di negara maju
Perkembangan
ekonomi di negar maju telah dimulai sejak beberapa abad yang lalu dan mengalami
akselerasi sejak terjadinya revolusi industri di Inggris. Dengan dimulainya
Revolusi Industri di Inggris maka Inggris merupakan negara dimana modernisasi
ekonomi permulaan sekali berlangsung. Dalam dua dasawarsa pada abad ke 18,
negara ini mencapai taraf take-off dalam pembangunan ekonominya. Negara-negra
Eropa Barat lainya dan negara-negara yang dibentuk oleh bangsa-bangsa
Eropa Barat seperti Selandia Baru, Australia, Amerika Serikat dan Kanada baru
mengikuti jejak Inggris dan mengalami percepatan dan mencapai taraf take-oof
pembangunan ekonominya pada permulaan abad ke-19. Dan dalam bagian kedua abad
itu Revolusi Industri menjalar pula ke Russia dan Jepang. Dengan demikian
negara maju telah mengalami pertumbuhan ekonomi yang berterusan sejak satu atau
dua abad yang lalu sebelum mencapai tingkat kesejateraan yang tinggi yang dialaminya. (Sadono
Sukirno, 1982: 27)
Perkembangan
ekonomi yang telah berlaku di Negara Maju bukan saja telah
menyebabkan peningkatan di dalam kesejateraan masyarakat tetapi juga
menimbulkan pula perombakan dalam struktur ekonominya. Peran sektor industri dan
sektor jasa-jasa, ditinjau dari peranan dalam menciptakan pendapatan nasional
dan menyediakan pekerjaan kepada penduduk, menjadi bertambah besar dari masa ke
masa. (Sadono Sukirno, 1982: 27)
Meningkatnya
peranan sektor industri dan jasa-jasa di sebabkan pula oleh perubahan dalam
corak penawaran barang-barang yang digunakan masyarakat. Perkembangan ekonomi
yang telah terjadi di Negara Maju diikuti oleh perbaikan dalam
kwalitet dari barang-barang yang telah ada dan pertambahan di dalam jenis barang
dan jasa-jas yang digunkan oleh masyarakat. Hal ini terutama di sebabkan oleh
dua faktor yaitu kemajuan teknologi dan bertambah peliknya pola kegiatan
ekonomi sebagai akibat dari adanya pembangunan ekonomi.
Dinegara-negra Maju
tingkat teknologi juga mengalami kemajuan yang pesat. Kemajuan teknologi akan
menyebabkan kwalitet barang yang telah ada menjadi bertambah baik dan jenis
barang yang tersedia dalam masyarakat menjadi bertambah banyak. Pekembangan
yang demikian sifatnya menyebabkan permintaan terhadap barang yang
dihasilkan oleh sektor industri bertambah lama bertambah besar dan dengan
demikian mempebesar peranan sektor industri dalam menciptakan pendapatan
nasional. Karena kegiatan perdangangan, jasa-jasa, pengangkutan, kegiatan bank
dan keungan juga ikut meningkat. Kemajuan ekonomi di suatu negara akan
menyebabkan meluasnya kegiatan pemerintah untuk menjamin agar perdagangan
berjalan lancar, masyarakat menjalankan perkerjaannya dengan tertib dan menurut
peraturan, dan kestabilan dalam perekonomian akan terbentuk.
Proses
perubahan struktur ekonomi di negara maju mempunyai bebrapa sifat yaitu:(Sadono
Sukirno, 1982: 31-32)
Ø Sektor pertanian merupakan
sektor terlebih dahulu mengalami perkembangan. Fakta diberbagai negara
menunjukan bahwa perkembangan dimulai dari berlakunya kemajuan di sektor
pertanian.
Ø Kemajuan sektor pertanian
tersebut mendorong perkembangan jasa-jasa dan sektor industri. Nilai dan volume
perdangan bertambah, spesialisasi berkembang dan sektor insusri sedikit demi
sedikit bertambah penting.
Ø Perkembangan sektor
industri di samping meniptakan permintaan atas bahanmentah menciptakan pula
atas sumber tenaga. Sedangkan perluasaan kegiatan perdangan menciptakan pula
dorongan untuk memperluas jaringan pengankutan dan perkembangan lat
pengangkutan dan akibatnya timbul industri baja untuk pembangunan transportasi.
Ø Kemajuan-kemajuan diatas
menyebabkan pendapatn masyarakat meningkat dengan demikan masyarakat akan terus
mengembang teknologi untuk membantu berkembangannya jaringan industri.
Ø Pencapaian ekonomi
masyarakat mencapai taraf kesejateraan yang lebih tinggi tidak terlepas
oleh peran pemerintah yang mengontrol, sebagai pertahanan, adminstrasi dan
pembuatan kebijakan.
2. Pembangunan ekonomi di
negara sedang berkembang
Pembangunan
ekonomi di Negara yang sedang Berkembang yaitu di negra-negara Asia,
Afrika dan Amerika latin sangat terbatas sekali. Perkembangan yang terjadi
umumnya kegitan menghasilkan barang export yang pada umumnya terdiri dari
barang pertanian dan pertambangan. Berbeda dengan Negara Maju
di Negara yang sedang Berkembang pembangunan di sektor exsport
telah menjadi pemimpin dan menggerakan pembangunan di sektor lainnya. (Sadono
Sukirno, 1982: 39)
Terdapat
beberapa faktor yang menyebabkan peran sektor export di negara yang sedang
berkembang berbeda dengan Negara Maju salah satunya
yaitu di negra yang sedang berkembang perkembang sektor export tidak
mendorong kemajuan di bidang lain dan sektor export lebih banyak
menguntungkan negara penjajah atau negara-negra Barat karena
perkembangan export di negra yang sedang berkembang memungkinkan mereka untuk:(Sadono
Sukirno, 1982: 40).
Ø Memperoleh bahan mentah
dengan harga yang murah
Ø Menjual hasil-hasil
industri bahan modal yaitu kepada penguasa pengembangan sektor export di negara
yang sedang berkembang dan kepada pemerintah jajahan yang mengembangakan
prasarana untuk mengembangkan sektor export dan
Ø Menjual hasil industri
barang konsumsinya,yaitu kepada penduduk yang sekarang memperoleh pendapatan
berupa uang dari kegiatan mereka yang menghasilkan barang export.
Pengaruh
buruk yang timbur dari sifat export negara yang sedang berkembang terhadap
pembangunan ekonomi bersumber dari beberapa faktor yaitu: (Sadono
Sukirno, 1982: 41)
Ø Permintaan terhadap bahan
mentah sangat tergantung kepada keadaan ekonomi di negara maju.
Ø Kalau dibandingkan dengan
harga barang indutri, harga-harga hasil pertanian dan pertambangan mengalami
perkembangan yang sangat lambat.
Ø Dalam jangka pendek naik
turunnya harga barang export dari sektor pertanian dan pertambangan sangat
besar sedangkan jenis barang yang dieksport sangat terbatas.
Akhirnya
yang menyebabkan sektor eksport gagal dalam mendorong pembangunan ekonomi
negara sedang berkembang bersumber pada dua faktor yang saling berkaitan,
yaitu pertambahan penduduk yang cepat dan tingkat pendapatan yang rendah pada
waktu sektor export mengalami perkembangan yang pesat. (Sadono Sukirno,
1982: 41-42)
D. Indikator Pembangunan
Berbicara
mengenai pembangunan yang dilakukan oleh otoritas suatu negara tentu tidak
dapat dilepaskan dari indikator yang digunakan sebagai alat untuk mengukurnya.
Hal ini penting dilakukan agar upaya yang dilakukan dalam bingkai
pembangunan dapat diketahui dampaknya bagi kehidupan masyarakat. Apakah
beragam upaya ‘pembangunan’ yang dilakukan berdampak positif ataukah
berimplikasi negatif terhadap kehidupan masyarakat dan negara. Dengan adanya
indikator tersebut di samping dapat mengetahui dampaknya, juga akan dapat
diketahui beragam kelebihan dan mungkin kekurangan yang ada dalam upaya
tersebut sehingga dapat dilakukan perbaikan di waktu berikutnya.
Penggunaan indicator dan variable pembangunan bisa berbeda
untuk setiap Negara. Di Negara-negara yang masih miskin, ukuran kemajuan dan
pembangunan mungkin masih sekitar kebutuhan-kebutuhan dasar seperti listrik
masuk desa, layanan kesehatan pedesaan, dan harga makanan pokok yang rendah.
Sebaliknya, di Negara-negsara yang telah dapat memenuhi kebutuhan tersebut, indicator
pembangunan akan bergeser kepada factor-faktor sekunder dan tersier (Tikson,
2005).
Sejumlah indicator ekonomi yang dapat digunakan oleh
lembaga-lembaga internasional antara lain pendapatan perkapita (GNP atau PDB),
struktur perekonomin, urbanisasi, dan jumlah tabungan. Disamping itu terdapat
pula dua indicator lainnya yang menunjukkan kemajuan pembangunan sosial ekonomi
suatu bangsa atau daerah yaitu Indeks Kualitas Hidup (IKH atau PQLI) dan Indeks
Pembangunan Manusia (HDI). Berikut ini, akan disajikan ringkasan Deddy
T. Tikson (2005) terhadap indicator tersebut: (Syamsiah Badruddin, 2009)
1. Pendapatan
Per Kapita
Pendapatan per kapita, baik dalam
ukuran GNP maupun PDB merupakan salah satu indikaor makro-ekonomi yang telah
lama digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi. Dalam perspektif
makroekonomi, indikator ini merupakan bagian kesejahteraan manusia yang dapat
diukur, sehingga dapat menggambarkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat.
Tampaknya pendapatan per kapita telah menjadi indikator makroekonomi yang tidak
bisa diabaikan, walaupun memiliki beberapa kelemahan. Sehingga pertumbuhan
pendapatan nasional, selama ini, telah dijadikan tujuan pembangunan di
negara-negara dunia ketiga. Seolah-olah ada asumsi bahwa kesejahteraan dan
kemakmuran masyarakat secara otomatis ditunjukkan oleh adanya peningkatan
pendapatan nasional (pertumbuhan ekonomi). Walaupun demikian, beberapa ahli
menganggap penggunaan indikator ini mengabaikan pola distribusi pendapatan
nasional. Indikator ini tidak mengukur distribusi pendapatan dan pemerataan
kesejahteraan, termasuk pemerataan akses terhadap sumber daya ekonomi.
2. Struktur
Ekonomi
Telah menjadi asumsi bahwa
peningkatan pendapatan per kapita akan mencerminkan transformasi struktural
dalam bidang ekonomi dan kelas-kelas sosial. Dengan adanya perkembangan ekonomi
dan peningkatan per kapita, konstribusi sektor manupaktur/industri dan jasa
terhadap pendapatan nasional akan meningkat terus. Perkembangan sektor industri
dan perbaikan tingkat upah akan meningkatkan permintaan atas barang-barang
industri, yang akan diikuti oleh perkembangan investasi dan perluasan tenaga
kerja. Di lain pihak , kontribusi sektor pertanian terhadap pendapatan nasional
akan semakin menurun.
3. Urbanisasi
Urbanisasi dapat diartikan sebagai meningkatnya proporsi
penduduk yang bermukim di wilayah perkotaan dibandingkan dengan di pedesaan.
Urbanisasi dikatakan tidak terjadi apabila pertumbuhan penduduk di wilayah
urban sama dengan nol. Sesuai dengan pengalaman
industrialisasi di negara-negara eropa Barat dan Amerika Utara, proporsi
penduduk di wilayah urban berbanding lurus dengn proporsi industrialisasi. Ini
berarti bahwa kecepatan urbanisasi akan semakin tinggi sesuai dengan cepatnya
proses industrialisasi. Di Negara-negara industri, sebagain besar penduduk
tinggal di wilayah perkotaan, sedangkan di Negara-negara yang sedang berkembang
proporsi terbesar tinggal di wilayah pedesaan. Berdasarkan fenomena ini,
urbanisasi digunakan sebagai salah satu indicator pembangunan.
4. Angka
Tabungan
Perkembangan sector manufaktur/industri selama tahap
industrialisasi memerlukan investasi dan modal. Finansial capital merupakan
factor utama dalam proses industrialisasi dalam sebuah masyarakat, sebagaimana
terjadi di Inggeris pada umumnya Eropa pada awal pertumbuhan kapitalisme yang
disusul oleh revolusi industri. Dalam masyarakat yang memiliki produktivitas
tinggi, modal usaha ini dapat dihimpun melalui tabungan, baik swasta maupun
pemerintah.
5. Indeks
Kualitas Hidup
IKH atau Physical Qualty of life Index (PQLI)
digunakan untuk mengukur kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Indeks ini
dibuat indicator makroekonomi tidak dapat memberikan gambaran tentang
kesejahteraan masyarakat dalam mengukur keberhasilan ekonomi. Misalnya, pendapatan nasional sebuah
bangsa dapat tumbuh terus, tetapi tanpa diikuti oleh peningkatan kesejahteraan
sosial. Indeks ini dihitung berdasarkan kepada (1) angka rata-rata harapan
hidup pada umur satu tahun, (2) angka kematian bayi, dan (3) angka melek huruf.
Dalam indeks ini, angka rata-rata harapan hidup dan kematian b yi akan dapat
menggambarkan status gizi anak dan ibu, derajat kesehatan, dan lingkungan
keluarga yang langsung beasosiasi dengan kesejahteraan keluarga. Pendidikan
yang diukur dengan angka melek huruf, dapat menggambarkan jumlah orang yang
memperoleh akses pendidikan sebagai hasil pembangunan. Variabel ini
menggambarkan kesejahteraan masyarakat, karena tingginya status ekonomi
keluarga akan mempengaruhi status pendidikan para anggotanya. Oleh para
pembuatnya, indeks ini dianggap sebagai yang paling baik untuk mengukur
kualitas manusia sebagai hasil dari pembangunan, disamping pendapatan per
kapita sebagai ukuran kuantitas manusia.
6. Indeks
Pembangunan Manusia (Human Development Index)
The
United Nations Development Program (UNDP) telah
membuat indicator pembangunan yang lain, sebagai tambahan untuk beberapa
indicator yang telah ada. Ide dasar yang melandasi dibuatnya indeks ini adalah
pentingnya memperhatikan kualitas sumber daya manusia. Menurut UNDP,
pembangunan hendaknya ditujukan kepada pengembangan sumberdaya manusia. Dalam
pemahaman ini, pembangunan dapat diartikan sebagai sebuah proses yang bertujuan
m ngembangkan pilihan-pilihan yang dapat dilakukan oleh manusia. Hal ini
didasari oleh asumsi bahwa peningkatan kualitas sumberdaya manusia akan diikuti
oleh terbukanya berbagai pilihan dan peluang menentukan jalan hidup manusia
secara bebas.
Pertumbuhan ekonomi dianggap sebagai factor penting dalam
kehidupan manusia, tetapi tidak secara otomatis akan mempengaruhi peningkatan
martabat dan harkat manusia. Dalam hubungan ini, ada tiga komponen yang
dianggap paling menentukan dalam pembangunan, umur panjang dan sehat, perolehan
dan pengembangan pengetahuan, dan peningkatan terhadap akses untuk kehidupan
yang lebih baik. Indeks ini dibuat dengagn mengkombinasikan tiga komponen, (1)
rata-rata harapan hidup pada saat lahir, (2) rata-rata pencapaian pendidikan
tingkat SD, SMP, dan SMU, (3) pendapatan per kapita yang dihitung
berdasarkan Purchasing Power Parity. Pengembangan manusia berkaitan
erat dengan peningkatan kapabilitas manusia yang dapat dirangkum dalam
peningkatan knowledge, attitude dan skills,
disamping derajat kesehatan seluruh anggota keluarga dan lingkungannya.
BAB
III
PENUTUP
Proses pembangunan merupakan suatu kegiatan
yang terus menerus dan menyeluruh dilakukan mulai dari penyusunan suatu
rencana, penyususnan pogram, kegiatan pogram, pengawasan sampai pada pogram
terselesaikan.
Pertumbuhan
Ekonomi di setiap negara berbeda-beda tergantung dari tingkat pendapatan per
kapita suatu negara tersebut dan tergantung dari berapa besar pendapatan /
penghasilan dari penduduknya. Jika pendapatan Negara itu tinggi maka
pertumbuhan ekonominya juga cepat tetapi sebaliknya jika pendapatan suatu
negara itu di bawah rata-rata maka pertumbuhan ekonominya juga rendah.
Pertumbuhan
ekonomi pada zaman sekarang ini berdampak pada kehidupan penduduk suatu negara.
Semuanya ini berpengaruh pada kesejahteran rakyat banyak. Oleh karena itu
pemerintah harus memperbaiki beberapa sektor yaitu pengangguran, sumber daya
manusia, inflasi, korupsi dan kemiskinan agar tingkat pertumbuhan ekonomi lebih
baik.
Partisipasi
aktif masyarakat sipil juga sangat diperlukan dalam proses
pembangunan negara baik di tingkat pusat maupun daerah provinsi,
kabupaten/kota, distrik dan kampung. Hal ini menuntut kesadaran dan semangat
masyarakat sipil seutuhnya sebagai warga Negara yang turut bertanggung
jawab dalam proses pembangunan.
DAFTAR
PUSTAKA
Badruddin, Syamsiah. Teori
dan Indikator Pembangunan. Jakarta: Yayasan Obor, 2009.
Kencana Syafiie, Inu. Sistem
Pemerintahan Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta, 2002.
Nasution,
Zulkarimen. Komunikasi Pembangunan (Pengenalan Teori dan Penerapannya).Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, 2007.
Jakson, Robert Dan Geogrg
Sorensen. Pengantar Studi Hubungan Internasional.Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2009.
Sukirno, Sadono. Beberapa
Apek Dalam Persoalan Pembangunan Daerah. Jakarta: Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia, 1982.
T,
Moeljarto. Politik Pembangunan (Sebuah Analisis Konsep, Arah dan
Strategi). Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya, 1995.