terça-feira, 12 de junho de 2018

MAKALAH TEORI PEMBANGUNAN




BAB I

PENDAHULUAN

Pembangunan dalam arti luas adalah sebagai proses pertumbuhan atau kemakmuran, distribusi atau keadilan, transformasi atau kemajuan. Pembangunan sangat berkaitan dengan masalah ekonomi. Sejarah doktrin ekonomi menunjukan pada saat dilahirkan ekonomika berhubungan erat dengan etika (Ace Partadiredja,1981).  Di satu pihak Ilmu ekonomi di anggap paling maju dalam menawarkan Pembangunan bagi semua kalangan (masyarakat maupun negara).
Reformasi ekonomi menghasilakan bagunan ekonomi yang di landasakan pada kekuatan ekonomi rakyat dan negara. Dengan kata lain dalam membangun sebuah ekonomi yang di perankan oleh masyarakat, kebijakan-kebijakan pemerintah juga mempengaruhi pembangunan ekonomi tersebut. Faktor politik dan ekonomi berhubungan erat, namun dalam kenyataannya mudah  mengatakan tapi sukar menerapkan. Hubungan Politik  dengan ekonomi menurut Bruno Frey, politik dalam bentuk keinginan mendapat suara terbanyak dalam pemilihan umum, dan ekonomi dalam bentuk usaha memperkecil tingkat pengangguran dan tingkat inflasi di masyarakat.
Pemilu yang demokratis dan terciptanya proses check and balances, yakni terselenggaranya kehidupan kenegaraan dimana dapat dilaksanakan sebuah pemerintahan yang bersih dan efisien yang diimbangi oleh control yang efektif dari lembaga legislatif, eksekutif dan yudikatif dan dalam mewujudkan itu peran masyarakat juga sangat di perlukan, yaitu dengan memilih wakil-wakilnya dengan mempertimbangkan kesejateraan bersama.
Revolusioner sangat di perlukan dalam proses pembangunan yang sejalan dengan ekonomi dan politik  yang demokratis, modern dan menempatkan hukum sebagai rujukan utama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang menjamin keadilan bagi semua orang. Jika proses reformasi ini tidak terkelolah dengan baik, akan cenderung mendorong situasi yang khaos dan kondisi revolusioner yang pada gilirinya dapat menciptakan disintegrasi bangsa. Dengan Pemilu yang demokrtasis yaitu adanya keadilan hukum dan diiringi dengan pembangunan yang merata di masyarakat tentu akan membentuk sebuah negara yang ideal.


BAB II

PEMBAHASAN


A.    Negara, Masyarakat Dan Pembangunan
1.      Pengertian Negara
Menurut Aristoteles negara adalah persekutuan dari keluarga dan desa guna memperoleh hidup yang sebaik-baiknya. Plato mendefinisikan negara adalah suatu tubuh yang senantiasa tampak maju, berkembang, sebagaimana layaknya orang-orang (manusia).(Inu Kencana Syafiie, 2010:75).
Sebagaimana manusia negara juga bisa lahir, tumbuh berkembang dan mati, ada yang di sebabkan oleh penyakit menahun seperti kemiskinan, penjajahan, namun ada pula yang mati seketika karena peperangan atau pemberontakan provinsi-provinsi separatis yang kemudian memisahkan diri menjadi negara yang berdiri sendiri, sehingga wilayah pusatnya kehilangan wilayah karena keseluruhnya terbagi habis dan tidak lagi mengakui sebagai sub ordinat dari negara pusat. (Inu Kencana Syafiie, 2010:74)
Negara terbentuk atas dasar keingin manusia bisa berdasarkan telaah atas peristiwa sejarah suatu bangsa. Karena dalam diri manusia memiliki rasa kebangsaan yaitu salah satu dari bentuk rasa cinta, bahkan pusat gabungan dari  rasa cinta karena merupakan kumpulan yang besar sehingga melahirkan jiwa kebersamaan.
2.      Pengertian Masyarakat
Dalam sebuah negara tentu memiliki masyarakat. Pengertian masyarakat adalah sekelompok individu yang memiliki kepentingan bersama dan memiliki budaya serta lembaga yang khas. Masyarakat juga bisa dipahami sebagai sekelompok orang yang terorganisasi karena memiliki tujuan bersama. Richard T. Schaefer dan Robert P. Lamm,(1998)  mendefinisikan masyarakat adalah sejumlah besar orang yang tinggal dalam wilayah yang sama, relatif independen dan orang orang di luar wilayah itu, dan memiliki budaya yang relatif sama.
Dalam kebangsaan kita mengenal adanya ras, bahasa, agama, batas wilayah, budaya dan lain-lain. Maka di perlukan nilai dan pandangan hidup yang sama yaitu dengan memunculkan suatu ideology untuk mempersatukan pemeluknya. contohnya negara Indonesia.
3.      Pengertian Pembangunan
Mengenai pengertian pembangunan para ahli memberikan definisi yang bermacam-macam seperti halnya perencanaan. Istilah pembangunan bisa saja di artikan berbeda oleh satu orang dengan orang lain, daerah satu dengan daerah lainnya, dan negara satu dengan negaralainnya. Namun, secarar umum ada satu kesepakatan bahwa pembangunan merupakan proses untuk melakukan perubahan.
Berikut pengertian pembangunan menurut parah ahli:
Ø  Pembangunan dapat di artikan sebagai suatu upaya terkoordinasi untuk menciptakan alternatif yang lebih banyak secara sah kepada setiap warga negara untuk memenuhi dan mencapai aspirasinya yang paling manusiawi (Nugroho dan Rochmin Dahuri2004).
Ø  Ginanjar Kartasasmita (1994), Pembangunan ialah suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana.
Ø  Siagian (1994), pembangunan adalah suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pememrintahan, menuju modernitas dalam rangka pembinanaan bangsa.
Ø  Alexander (1994), pembangunan (development) adalah proses perubahan yang mencangkup seluruh system sosial seperti politik, ekonomi, infastruktur, pertahanan, pendidikan, teknologi, kelembagaan dan budaya.
Ø  Portes (1976), mendefinisikan pembangunan sebagai transformasi ekonomi, sosial dan budaya.
Ø  Deddy T. Tikson (2005) bahwa pembangunan nasional dapat pula di artikan sebagai transformasi ekonomi, sosial dan budaya secara sengaja melalui kebijakan dan strategi menuju arah yang diinginkan.

B.     Teori Pembangunan
1.      Teori Pembangunan Mainstream (Modernisasi)
Teori mainstream adalah teori modernisasi dan teori pembangunan pertumbuhan model W.W Rostow (1960;1978) dan para pengikutnya. Teori mainstream atau teori modernisasi adalah teori-teori yang menjelaskan bahwa kemiskinan ini terutama disebabkan oleh faktor-faktor yang terdapat di dalam negera yang bersangkutan. Teori modernisasi secara umum dapat diungkap sebagai cara pandang (visi) yang menjadi modus utama analisisnya kepada faktor manusia dalam suatu masyarakat. Teori ini terkenal olehTeori modernisasi berlatar belakang penetrasi kebudayaan asing yang padat modal dan teknologi untuk dijadikan acuan bagi kemajuan masyarakat di Negara berkembang. (Robert Jakson dan Georg Sorensen, 2009 : 257-258)

Teori modernisasi melihat tradisi masyarakat sebagai faktor penghambat yang harus dieleminir oleh pola pikir rasional. Kematangan masyarakat menuju masyarakat industri, memiliki bentuk transisi yang cukup panjang dan lama dalam bentuk orientasi sekarang (present oriented). Arief budiman pernah menyatakan bahwa teori modernisasi berkembang di banyak Negara berkembang dengan tidak mempertimbangkan akar budaya lokal sebagai potensi pembangunan, oleh karena itu bersifat a-historis. (Robert Jakson dan Georg Sorensen, 2009 : 257-258)

Teori modernisasi merupakan teori pembangunan yang intinya adalah usaha pembangunan institusional (perekayasaan struktur sosial melalui pembentukan institusi-institusi baru) dan pembangunan mentalitas manusia (perekayasaan kultural).

2.      Teori Dependensi
Secara historis, teori dependensi lahir atas ketidak mampuan teori modernisasi membangkitkan ekonomi Negara terbelakang, terutama negara di bagian Amerika Latin.Paradigma Dipendensi dapat dikatakan asli Amerika Latin, namun “bapak pendiri” perpektif ini adalah Baran, yang bersama Magdoff dan Sweezy merupakan juru bicara kelompok North American Monthly Review. Secara teoriti, teori modernisasi melihat bahwa kemiskinan dan keterbelakangan yang terjadi di Negara Dunia Ketiga terjadi karena faktor internal di negara tersebut. Karena faktor internal itulah kemudian  Negara Dunia Ketiga tidak mampu mencapai kemajuan dan tetap berada dalam keterbelakangan. (Robert Jakson dan Georg Sorensen, 2009 : 259)

Teori ini berpendapat bahwa kemiskinan dan keterbelakangan yang terjadi di Negara-negara Dunia Ketiga bukan disebabkan oleh faktor internal di Negara tersebut namun lebih banyak ditentukan oleh faktro eksternal dari luar Negara Dunia Ketiga itu. Faktor luar yang paling menentukan keterbelakangan Dunia ketiga adalah adanya campur tangan dan dominasi Negara Maju pada laju pembangunan Negara Dunia Ketiga. Dengan campur tangan tersebut maka pembangunan di Nedara Dunia Ketiga tidak berjalan dan berguna untuk menghilangkan keterbelakangan yang sedang terjadi, namun semakin membawa kesengsaraan dan keterbelakangan. Keterbelakangan jilid dua di Negara Dunia Ketiga ini disebabkan oleh ketergantungan yang diciptakan oleh campur tangan Negara maju kepada Negara Dunia Ketiga. Jika pembangunan ini berhasil, maka ketergantungan ini harus diputus dan dibiarkan Negara Dunia Ketiga melakukan roda pembangunannya secara mandiri. (Robert Jakson dan Georg Sorensen, 2009 : 260)

Secara garis besar, teori dependensi adalah suatu keadaan dimana keputusan-keputusan utama yang memengaruhi kemajuan ekonomi di Negara berkembang seperti keputusan mengenai harga komoditi, pola investasi, hubungan moneter, dibuat oleh individu atau institusi di luar negeri yang bersangkutan. (Zulkarimen Nasution, 2007: 44)Teori-teori yang mengenai ketergantungan dan keterbelakangan telah digambarkan dalam studi-studi yang dilakukan Celso FurtadoAndre Gunder FrankTheotonio Dos Santos,dan Fernando Henrique Cardoso. Pada umumnya mereka itu membahas secara serius masalah colonial yang secara historis membekas pada pertumbuhan di Negara-negara Amerika Latin, Afrika dan Asia. Menurut mereka, kecuali dengan suatu pengenalan yang eksplisit akan konsekuensi hubungan tersebut. Dengan kata lain bahwa keterbelakangan yang ada sekarang ini merupakan kosekuensi masa penjajahan yang telah dialami oleh Negara-negara baru. (Robert Jakson dan Georg Sorensen, 2009 : 262)

C.     Pembangunan Negara Maju Dan Negara Yang Sedang Berkembang
Struktur ekonomi dan masyarakat di Negara Maju dan di Negara yang sedang Berkembang sangat berbeda. Perbedaan tersebut menyebabkan masalah pembangunan daerah yang ada di Negara Maju dan di Negara yang sedang Berkembang dan kemampuan masing-masing golongan negara tersebut dalam menghadapi masalah pembangunan daerah yang terdapat di negaranya sangatlah berbeda. Keadaan yang demikian menyebabkan pula perbedaan dalam corak prioritas dari tujuan maupun kebijaksanaan pembangunan daerah di kedua golongan negara tersebut. (Sadono Sukirno, 1982: 27)
1.      Proses pembangunan ekonomi di negara maju
Perkembangan ekonomi di negar maju telah dimulai sejak beberapa abad yang lalu dan mengalami akselerasi sejak terjadinya revolusi industri di Inggris. Dengan dimulainya Revolusi Industri di Inggris maka Inggris merupakan negara dimana modernisasi ekonomi permulaan sekali berlangsung. Dalam dua dasawarsa pada abad ke 18, negara ini mencapai taraf take-off dalam pembangunan ekonominya. Negara-negra Eropa Barat lainya dan negara-negara yang dibentuk oleh bangsa-bangsa Eropa Barat seperti Selandia Baru, Australia, Amerika Serikat dan Kanada baru mengikuti jejak Inggris dan mengalami percepatan dan mencapai taraf take-oof pembangunan ekonominya pada permulaan abad ke-19. Dan dalam bagian kedua abad itu Revolusi Industri menjalar pula ke Russia dan Jepang. Dengan demikian negara maju telah mengalami pertumbuhan ekonomi yang berterusan sejak satu atau dua abad yang lalu sebelum mencapai tingkat kesejateraan yang tinggi yang dialaminya. (Sadono Sukirno, 1982: 27)
Perkembangan ekonomi yang telah berlaku di Negara Maju bukan saja telah menyebabkan peningkatan di dalam kesejateraan masyarakat tetapi juga menimbulkan pula perombakan dalam struktur ekonominya. Peran sektor industri dan sektor jasa-jasa, ditinjau dari peranan dalam menciptakan pendapatan nasional dan menyediakan pekerjaan kepada penduduk, menjadi bertambah besar dari masa ke masa. (Sadono Sukirno, 1982: 27)
Meningkatnya peranan sektor industri dan jasa-jasa di sebabkan pula oleh perubahan dalam corak penawaran barang-barang yang digunakan masyarakat. Perkembangan ekonomi yang telah terjadi di Negara Maju diikuti oleh perbaikan dalam kwalitet dari barang-barang yang telah ada dan pertambahan di dalam jenis barang dan jasa-jas yang digunkan oleh masyarakat. Hal ini terutama di sebabkan oleh dua faktor yaitu kemajuan teknologi dan bertambah peliknya pola kegiatan ekonomi sebagai akibat dari adanya pembangunan ekonomi.
Dinegara-negra Maju tingkat teknologi juga mengalami kemajuan yang pesat. Kemajuan teknologi akan menyebabkan kwalitet barang yang telah ada menjadi bertambah baik dan jenis barang yang tersedia dalam masyarakat menjadi bertambah banyak. Pekembangan yang demikian sifatnya menyebabkan  permintaan terhadap barang yang dihasilkan oleh sektor industri bertambah lama bertambah besar dan dengan demikian mempebesar peranan sektor industri dalam menciptakan pendapatan nasional. Karena kegiatan perdangangan, jasa-jasa, pengangkutan, kegiatan bank dan keungan juga ikut meningkat. Kemajuan ekonomi di suatu negara akan menyebabkan meluasnya kegiatan pemerintah untuk menjamin agar perdagangan berjalan lancar, masyarakat menjalankan perkerjaannya dengan tertib dan menurut peraturan, dan kestabilan dalam perekonomian akan terbentuk.
Proses perubahan struktur ekonomi di negara maju mempunyai bebrapa sifat yaitu:(Sadono Sukirno, 1982: 31-32)
Ø  Sektor pertanian merupakan sektor terlebih dahulu mengalami perkembangan. Fakta diberbagai negara menunjukan bahwa perkembangan dimulai dari berlakunya kemajuan di sektor pertanian.
Ø  Kemajuan sektor pertanian tersebut mendorong perkembangan jasa-jasa dan sektor industri. Nilai dan volume perdangan bertambah, spesialisasi berkembang dan sektor insusri sedikit demi sedikit bertambah penting.
Ø  Perkembangan sektor industri di samping meniptakan permintaan atas bahanmentah menciptakan pula atas sumber tenaga. Sedangkan perluasaan kegiatan perdangan menciptakan pula dorongan untuk memperluas jaringan pengankutan dan perkembangan lat pengangkutan dan akibatnya timbul industri baja untuk pembangunan transportasi.
Ø  Kemajuan-kemajuan diatas menyebabkan pendapatn masyarakat meningkat dengan demikan masyarakat akan terus mengembang teknologi untuk membantu berkembangannya jaringan industri.
Ø  Pencapaian ekonomi masyarakat mencapai taraf kesejateraan yang lebih tinggi  tidak terlepas oleh peran pemerintah yang mengontrol, sebagai pertahanan, adminstrasi dan pembuatan kebijakan.

2.      Pembangunan ekonomi di negara sedang berkembang
Pembangunan ekonomi di Negara yang sedang Berkembang yaitu di negra-negara Asia, Afrika dan Amerika latin sangat terbatas sekali. Perkembangan yang terjadi umumnya kegitan menghasilkan barang export yang pada umumnya terdiri dari barang pertanian dan pertambangan. Berbeda dengan Negara Maju di Negara yang sedang Berkembang pembangunan  di sektor exsport telah menjadi pemimpin dan menggerakan pembangunan di sektor lainnya. (Sadono Sukirno, 1982: 39)
Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan peran sektor export di negara yang sedang berkembang berbeda dengan Negara Maju salah satunya yaitu di negra yang sedang berkembang perkembang sektor export tidak mendorong kemajuan di bidang lain dan  sektor export lebih banyak menguntungkan negara penjajah atau negara-negra Barat karena perkembangan export di negra yang sedang berkembang memungkinkan mereka untuk:(Sadono Sukirno, 1982: 40).
Ø  Memperoleh bahan mentah dengan harga yang murah
Ø  Menjual hasil-hasil industri bahan modal yaitu kepada penguasa pengembangan sektor export di negara yang sedang berkembang dan kepada pemerintah jajahan yang mengembangakan prasarana untuk mengembangkan sektor export dan
Ø  Menjual hasil industri barang konsumsinya,yaitu kepada penduduk yang sekarang memperoleh pendapatan berupa uang dari kegiatan mereka yang menghasilkan barang export.
Pengaruh buruk yang timbur dari sifat export negara yang sedang berkembang terhadap pembangunan ekonomi bersumber dari beberapa faktor yaitu: (Sadono Sukirno, 1982: 41)
Ø  Permintaan terhadap bahan mentah sangat tergantung kepada keadaan ekonomi di negara maju.
Ø  Kalau dibandingkan dengan harga barang indutri, harga-harga hasil pertanian dan pertambangan mengalami perkembangan yang sangat lambat.
Ø  Dalam jangka pendek naik turunnya harga barang export dari sektor pertanian dan pertambangan sangat besar sedangkan jenis barang yang dieksport sangat terbatas.
Akhirnya yang menyebabkan sektor eksport gagal dalam mendorong pembangunan  ekonomi negara sedang berkembang bersumber pada dua faktor yang saling berkaitan, yaitu pertambahan penduduk yang cepat dan tingkat pendapatan yang rendah pada waktu sektor export mengalami perkembangan yang pesat. (Sadono Sukirno, 1982: 41-42)
D.    Indikator Pembangunan
Berbicara mengenai pembangunan yang dilakukan oleh otoritas suatu negara tentu tidak dapat dilepaskan dari indikator yang digunakan sebagai alat untuk mengukurnya. Hal ini penting dilakukan agar upaya yang dilakukan dalam bingkai pembangunan dapat diketahui dampaknya bagi kehidupan masyarakat. Apakah beragam upaya ‘pembangunan’ yang dilakukan berdampak positif ataukah berimplikasi negatif terhadap kehidupan masyarakat dan negara. Dengan adanya indikator tersebut di samping dapat mengetahui dampaknya, juga akan dapat diketahui beragam kelebihan dan mungkin kekurangan yang ada dalam upaya tersebut sehingga dapat dilakukan perbaikan di waktu berikutnya.
Penggunaan indicator dan variable pembangunan bisa berbeda untuk setiap Negara. Di Negara-negara yang masih miskin, ukuran kemajuan dan pembangunan mungkin masih sekitar kebutuhan-kebutuhan dasar seperti listrik masuk desa, layanan kesehatan pedesaan, dan harga makanan pokok yang rendah. Sebaliknya, di Negara-negsara yang telah dapat memenuhi kebutuhan tersebut, indicator pembangunan akan bergeser kepada factor-faktor sekunder dan tersier (Tikson, 2005).
Sejumlah indicator ekonomi yang dapat digunakan oleh lembaga-lembaga internasional antara lain pendapatan perkapita (GNP atau PDB), struktur perekonomin, urbanisasi, dan jumlah tabungan. Disamping itu terdapat pula dua indicator lainnya yang menunjukkan kemajuan pembangunan sosial ekonomi suatu bangsa atau daerah yaitu Indeks Kualitas Hidup (IKH atau PQLI) dan Indeks Pembangunan Manusia (HDI). Berikut ini, akan disajikan ringkasan Deddy T. Tikson (2005) terhadap indicator tersebut: (Syamsiah Badruddin, 2009)
1.      Pendapatan Per Kapita
Pendapatan per kapita, baik dalam ukuran GNP maupun PDB merupakan salah satu indikaor makro-ekonomi yang telah lama digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi. Dalam perspektif makroekonomi, indikator ini merupakan bagian kesejahteraan manusia yang dapat diukur, sehingga dapat menggambarkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Tampaknya pendapatan per kapita telah menjadi indikator makroekonomi yang tidak bisa diabaikan, walaupun memiliki beberapa kelemahan. Sehingga pertumbuhan pendapatan nasional, selama ini, telah dijadikan tujuan pembangunan di negara-negara dunia ketiga. Seolah-olah ada asumsi bahwa kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat secara otomatis ditunjukkan oleh adanya peningkatan pendapatan nasional (pertumbuhan ekonomi). Walaupun demikian, beberapa ahli menganggap penggunaan indikator ini mengabaikan pola distribusi pendapatan nasional. Indikator ini tidak mengukur distribusi pendapatan dan pemerataan kesejahteraan, termasuk pemerataan akses terhadap sumber daya ekonomi.
2.      Struktur Ekonomi
Telah menjadi asumsi bahwa peningkatan pendapatan per kapita akan mencerminkan transformasi struktural dalam bidang ekonomi dan kelas-kelas sosial. Dengan adanya perkembangan ekonomi dan peningkatan per kapita, konstribusi sektor manupaktur/industri dan jasa terhadap pendapatan nasional akan meningkat terus. Perkembangan sektor industri dan perbaikan tingkat upah akan meningkatkan permintaan atas barang-barang industri, yang akan diikuti oleh perkembangan investasi dan perluasan tenaga kerja. Di lain pihak , kontribusi sektor pertanian terhadap pendapatan nasional akan semakin menurun.
3.      Urbanisasi
Urbanisasi dapat diartikan sebagai meningkatnya proporsi penduduk yang bermukim di wilayah perkotaan dibandingkan dengan di pedesaan. Urbanisasi dikatakan tidak terjadi apabila pertumbuhan penduduk di wilayah urban sama dengan nol. Sesuai dengan pengalaman industrialisasi di negara-negara eropa Barat dan Amerika Utara, proporsi penduduk di wilayah urban berbanding lurus dengn proporsi industrialisasi. Ini berarti bahwa kecepatan urbanisasi akan semakin tinggi sesuai dengan cepatnya proses industrialisasi. Di Negara-negara industri, sebagain besar penduduk tinggal di wilayah perkotaan, sedangkan di Negara-negara yang sedang berkembang proporsi terbesar tinggal di wilayah pedesaan. Berdasarkan fenomena ini, urbanisasi digunakan sebagai salah satu indicator pembangunan.
4.      Angka Tabungan
Perkembangan sector manufaktur/industri selama tahap industrialisasi memerlukan investasi dan modal. Finansial capital merupakan factor utama dalam proses industrialisasi dalam sebuah masyarakat, sebagaimana terjadi di Inggeris pada umumnya Eropa pada awal pertumbuhan kapitalisme yang disusul oleh revolusi industri. Dalam masyarakat yang memiliki produktivitas tinggi, modal usaha ini dapat dihimpun melalui tabungan, baik swasta maupun pemerintah.
5.      Indeks Kualitas Hidup
IKH atau Physical Qualty of life Index (PQLI) digunakan untuk mengukur kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Indeks ini dibuat indicator makroekonomi tidak dapat memberikan gambaran tentang kesejahteraan masyarakat dalam mengukur keberhasilan ekonomi. Misalnya, pendapatan nasional sebuah bangsa dapat tumbuh terus, tetapi tanpa diikuti oleh peningkatan kesejahteraan sosial. Indeks ini dihitung berdasarkan kepada (1) angka rata-rata harapan hidup pada umur satu tahun, (2) angka kematian bayi, dan (3) angka melek huruf. Dalam indeks ini, angka rata-rata harapan hidup dan kematian b yi akan dapat menggambarkan status gizi anak dan ibu, derajat kesehatan, dan lingkungan keluarga yang langsung beasosiasi dengan kesejahteraan keluarga. Pendidikan yang diukur dengan angka melek huruf, dapat menggambarkan jumlah orang yang memperoleh akses pendidikan sebagai hasil pembangunan. Variabel ini menggambarkan kesejahteraan masyarakat, karena tingginya status ekonomi keluarga akan mempengaruhi status pendidikan para anggotanya. Oleh para pembuatnya, indeks ini dianggap sebagai yang paling baik untuk mengukur kualitas manusia sebagai hasil dari pembangunan, disamping pendapatan per kapita sebagai ukuran kuantitas manusia.
6.      Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index)
The United Nations Development Program (UNDP) telah membuat indicator pembangunan yang lain, sebagai tambahan untuk beberapa indicator yang telah ada. Ide dasar yang melandasi dibuatnya indeks ini adalah pentingnya memperhatikan kualitas sumber daya manusia. Menurut UNDP, pembangunan hendaknya ditujukan kepada pengembangan sumberdaya manusia. Dalam pemahaman ini, pembangunan dapat diartikan sebagai sebuah proses yang bertujuan m ngembangkan pilihan-pilihan yang dapat dilakukan oleh manusia. Hal ini didasari oleh asumsi bahwa peningkatan kualitas sumberdaya manusia akan diikuti oleh terbukanya berbagai pilihan dan peluang menentukan jalan hidup manusia secara bebas.
Pertumbuhan ekonomi dianggap sebagai factor penting dalam kehidupan manusia, tetapi tidak secara otomatis akan mempengaruhi peningkatan martabat dan harkat manusia. Dalam hubungan ini, ada tiga komponen yang dianggap paling menentukan dalam pembangunan, umur panjang dan sehat, perolehan dan pengembangan pengetahuan, dan peningkatan terhadap akses untuk kehidupan yang lebih baik. Indeks ini dibuat dengagn mengkombinasikan tiga komponen, (1) rata-rata harapan hidup pada saat lahir, (2) rata-rata pencapaian pendidikan tingkat SD, SMP, dan SMU, (3) pendapatan per kapita yang dihitung berdasarkan Purchasing Power Parity. Pengembangan manusia berkaitan erat dengan peningkatan kapabilitas manusia yang dapat dirangkum dalam peningkatan knowledge, attitude dan skills, disamping derajat kesehatan seluruh anggota keluarga dan lingkungannya.


BAB III

PENUTUP

Proses pembangunan merupakan suatu kegiatan yang terus menerus dan menyeluruh dilakukan mulai dari penyusunan suatu rencana, penyususnan pogram, kegiatan pogram, pengawasan sampai pada pogram terselesaikan.
Pertumbuhan Ekonomi di setiap negara berbeda-beda tergantung dari tingkat pendapatan per kapita suatu negara tersebut dan tergantung dari berapa besar pendapatan / penghasilan dari penduduknya. Jika pendapatan Negara itu tinggi maka pertumbuhan ekonominya juga cepat tetapi sebaliknya jika pendapatan suatu negara itu di bawah rata-rata maka pertumbuhan ekonominya juga rendah.
Pertumbuhan ekonomi pada zaman sekarang ini berdampak pada kehidupan penduduk suatu negara. Semuanya ini berpengaruh pada kesejahteran rakyat banyak. Oleh karena itu pemerintah harus memperbaiki beberapa sektor yaitu pengangguran, sumber daya manusia, inflasi, korupsi dan kemiskinan agar tingkat pertumbuhan ekonomi lebih baik.
 Partisipasi aktif masyarakat sipil juga sangat diperlukan dalam proses pembangunan negara baik di tingkat pusat maupun daerah provinsi, kabupaten/kota, distrik dan kampung. Hal ini menuntut kesadaran dan semangat masyarakat sipil seutuhnya sebagai warga Negara yang turut bertanggung jawab dalam proses pembangunan.
  

DAFTAR PUSTAKA

Badruddin, Syamsiah. Teori dan Indikator Pembangunan. Jakarta: Yayasan Obor, 2009.
Kencana Syafiie, Inu. Sistem Pemerintahan Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta, 2002.
Nasution, Zulkarimen. Komunikasi Pembangunan (Pengenalan Teori dan Penerapannya).Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007.
Jakson, Robert Dan Geogrg Sorensen. Pengantar Studi Hubungan Internasional.Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.
Sukirno, Sadono. Beberapa Apek Dalam Persoalan Pembangunan Daerah. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1982.
T, Moeljarto. Politik Pembangunan (Sebuah Analisis Konsep, Arah dan Strategi). Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya, 1995.